INILAH.COM, Jakarta- Jika biasanya busana muslim Indonesia terinspirasi budaya Timur Tengah, maka koleksi Nur Zahra melirik model busana perempuan muslim dari pedesaan di Eropa Tengah.

Windri Widiesta Dhari, sang desainer, mengaku terinspirasi dengan model busana yang memiliki ciri khas bertumpuk-tumpuk itu karena memberi kesan elegan. Ia memberi tema koleksi busana muslimnya Folk Sulitude.

Bahan dan motif mirip dengan kain-kain batik yang ada di Indonesia. "Proses membatiknya saya gunakan proses membatik di sini (Indonesia) dan juga proses shibori atau kaidai dari Jepang," katanya, usai jumpa pers Jakarta Fashion Week 2014, Sabtu (19/10/2013).

Windri memamerkan koleksi busana muslim pada JFW 2014 hari pertama ini. Ia bersama 18 desainer lainnya meramaikan parade pembukaan Jakarta Fashion Week 2014.

Mereka adalah para desainer yang tergabung dalam program Indonesia Fashion Foward yang mendapat bimbingan pakar mode asal London. Ini merupakan kerjasama Jakarta Fashion Week 2014, British Council dan didukung Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Windri menggunakan mayoritas warna gelap seperti coklat, hitam dan abu-abu dengan sedikit paduan warna merah, hijau dan putih. Ia menggunakan katun dan sutra untuk kerudungnya.

Windri menerapkan motif geometris seperti lingkaran, segitiga, bintang dan lainnya. Kelebihan lainnya adalah Windri menggunakan bahan pewarnaan organik dan ramah lingkungan.

Windri optimistis koleksinya bisa diterima oleh para perempuan muslim di Indonesia.

"Saya yakin karena ini menggunakan material yang eco friendly dan lebih mengutamakan art, ini bisa diterima oleh masyarakat kita. Tapi biayanya memang menjadi lebih mahal," katanya.

Selain Nur Zahra, koleksi busana muslim lainnya yang turut meramaikan JFW 2014 adalah Dian Pelangi dan Jenahara. [mor]